Kamis, 15 Juli 2010

aku menyerah melupakanmu

Jujur rasa ini cukup mengganggu. Rasa indah yg menghangatkanku, namun terasa samar. Aku tak mampu meraihnya. Aku tak dapat melihat letaknya dengan jelas. Dimana? Dimanakah itu? Adakah yang dapat menunjukkannya padaku?


6.24 AM
1 April 2010

Ketakutan itu datang kembali. Merusak benih-benih asa yang telah kususun rapi sejak kepergiannya kemarin dulu. Ah, sudahlah. Mungkin memang seharusnya begini. Ini takdir Tuhan,aku tak boleh melawan.


6.35 AM

Ya, semuanya masih terasa sama, meski kuakui sedikit berbeda di beberapa bagian. Aku menyerah memperbaikinya, karena aku tau, semua itu takkan kembali seperti dulu lagi.

Menyerah, berarti mundur. Ya, aku mundur. Aku tak berani memperjuangkan perasaanku sendiri kala itu. Hanya menunjukkan egoku semata. Hm, tapi bukankah kau jg seperti itu?? Kau terlalu sibuk dengan gengsi dan egomu sendiri.

Meski begitu, aku jujur. Rasa itu tetap ada. Hingga sekarang, masih. Utuh. Tak pernah hilang. Meski aku ingin menghapus dan menutupnya rapat-rapat,dan,aku tak pernah berhasil melakukannya.

Tujuanku? Mungkin, hanya sekedar menutup luka. Luka yang kau torehkan disaat kepergianmu.
Pernahkah kau menyadari?Berapa lama aku menunggu saat itu datang?Berapa lama aku mengorbankan perasaanku sendiri? Kau tak pernah, atau mungkin, tak ingin menyadarinya. Dan kau pun pergi disaat perasaan ini sudah sangat terlalu dalam.. Tanpa alasan yang dapat membuatku mengerti..


8.04 AM

Aku sedang berusaha melupakannya. Mengatur segalanya agar tampak lebih baik dari sebelumnya. Namun tetap saja, ada cacat di bagian itu. Selalu. Tak pernah hilang.
Baiklah, kali ini aku benar-benar menyerah...

0 comments:

Posting Komentar